Pemanfaatan Teknologi AR/VR Dalam Pelatihan Di Dunia Medis

Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan dan pelatihan di dunia medis. Salah satu teknologi yang semakin mendapat perhatian adalah Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR). Teknologi AR/VR menawarkan cara baru yang inovatif dan interaktif untuk meningkatkan kualitas pelatihan medis. AR memungkinkan penggabungan dunia nyata dengan elemen digital, sementara VR menciptakan simulasi yang sepenuhnya virtual untuk memberikan pengalaman pelatihan yang realistis dan imersif.

Di dunia medis seringkali dihadapkan pada berbagai hambatan, termasuk keterbatasan dalam memberikan pengalaman klinis yang memadai bagi para calon pekerja di bidang medis seperti dokter. Selain itu, tantangan geografis dan biaya yang tinggi dalam menyelenggarakan pelatihan klinis juga menjadi kendala yang perlu diatasi. Dengan berkembangnya sumber daya teknologi, pendidik memiliki lebih banyak peluang untuk menciptakan dan memodifikasi teknik pelatihan, pendidik medis harus mengajarkan peserta didik cara menemukan informasi yang relevan, terpercaya, dan terbaru secara konsisten (Moran, 2018).

Saat ini, teknologi telah menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi hambatan- hambatan ini. Salah satu teknologi yang menonjol adalah AR/VR, yang menjanjikan pengalaman pembelajaran yang lebih terjangkau, terstandarisasi, dan praktis dalam dunia medis. Kehebatan teknologi AR/VR tidak hanya mengatasi tantangan saat ini di lapangan, tetapi juga meletakkan dasar untuk eksplorasi masa depan (Zhihui, 2023). Dengan kemampuannya untuk menyajikan simulasi medis yang realistis dan interaktif, AR/VR dapat menjadi sarana yang efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan di dunia medis.


Gambar 1. Simulasi Pelatihan AR/VR Di Dunia Medis

Dalam konteks pelatihan medis, pemanfaatan AR/VR memberikan berbagai keuntungan, terutama dalam meminimalkan risiko bagi pasien nyata selama proses pembelajaran. Teknologi ini memungkinkan tenaga medis, seperti dokter dan perawat, untuk berlatih melakukan prosedur yang kompleks dalam lingkungan yang terkendali tanpa harus menghadapi risiko kegagalan yang membahayakan pasien. Teknologi VR memungkinkan latihan atau simulasi yang dapat digunakan untuk mengajarkan teknik bedah dengan visualisasi anatomi yang detail, sementara AR dapat membantu dalam pelatihan prosedur invasif dengan menampilkan panduan virtual secara langsung pada tubuh pasien (Liu, 2020). Perangkat ini menyediakan integrasi yang mulus antara media digital dan dunia nyata dan memberi pengguna kemampuan untuk melakukan navigasi menggunakan mata, tangan, dan suara (Cao, 2024).

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis mendalam tentang pemanfaatan AR/VR di dunia medis. Penelitian ini akan mengidentifikasi berbagai manfaat dan tantangan dalam penggunaan teknologi ini di dunia medis. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengungkapkan potensi AR/VR dalam memperluas akses terhadap tenaga medis, seperti dokter dan perawat melampaui batasan geografis, serta menyediakan wawasan yang berharga bagi pengembangan kurikulum medis dan pembelajaran praktis bagi calon dokter.

Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam memperkaya pemahaman tentang peran teknologi di dunia medis serta membuka jalan bagi pengembangan inovasi pendidikan yang lebih efektif dan inklusif di masa depan.

[1] Penggunaan Virtual Reality dan Augmented Reality dalam Pelatihan Pembedahan

VR dan AR sudah juga ditemukan di beberapa aplikasi dalam Pendidikan kedokteran, terutama di bagian pelatihan pembedahan, Penggunaan VR lebih disukai karena beberapa alasan seperti keterbatasan pelatih, pengurangan waktu pelatihan dan beberapa isu dari prosedur pembedahan (Bilimoria, 2016). Untuk membantu dari permasalahan diatas beberapa solusi sudah diimplementasikan seperti da Vinci Skills Simulator dan LAP Mentor VR Laparoscopic Surgical Simulator (Yodeji, 2007). 

Gambar 2. LAP Simulator


Pada saat VR diimplementasikan dalam pelatihan pembedahan, simulasi yang dapat dilakukan meliputi tugas dasar yang dapat dilakukan dalam teknik pembedahan spesifik atau prosedur pembedahan lengkap. Simulator yang terspesialisasi dalam pembedahan spesifik seperti LAP simulator sudah terintegrasi dan beberapa tugas tambahan dan tidak memerlukan konfigurasi lebih dan siap untuk digunakan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Beyer-Berjot, hasil yang diharapkan dari mengikuti pelatihan berbasis VR adalah (Beyer-Berjot L, 2016) :

Untuk teknik laparoskopi, VR digabungkan dengan simulator laparoskopi dengan video yang menunjukkan ruang operasi, sehingga menciptakan sebuah skenario yang sesuai dan menawarkan simulasi lingkungan yang terstruktur untuk simulasi. Hasil yang diharapkan berfokus kepada 2-handed manuver (waktu, jumlah pergerakan, dan panjang jalur) dalam 4 jenis tugas, pembedahan medial, pembedahan lateral, anastomosis, serta interaksi clipping dan grasping. Skor tersebut kemudian akan diukur dalam skala likert (Huber T, 2017).

[2] Penggunaan Virtual Reality dan Augmented Reality dalam pelatihan Resusitasi Jantung Paru (RJP)

Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Resusitasi Jantung Paru dan Otak (RJPO) merupakan suatu tindakan pertolongan yang diberikan kepada korban yang mengalami henti nafas dan henti jantung dengan teknik penekanan dada dan pemberian ventilasi buatan untuk menjaga aliran peredaran darah dan oksigenasi (Subagjo A, 2011). Tindakan RJPO terdiri dari beberapa tahapan yaitu Circulation, Airway, Breathing, dan Defibrilasi (American Heart Association, 2015). Bantuan hidup ini diberikan apabila seorang pasien mengalami henti jantung (cardiac arrest) dan merupakan sebuah bantuan hidup dasar yang diperlukan segera.

RJP atau RJPO merupakan ilmu dasar yang harus dikuasai oleh tenaga medis. Oleh karena itu setiap tenaga medis diperlukan pelatihan untuk melakukan tindakan ini, VR dapat dikatakan menjadi sebuah alat yang penting untuk meningkatkan interaksi dan performa RJP/RJPO yang digunakan pada simulator manekin (Haans A, 2006) AR digunakan juga untuk meningkatkan pengalaman RJP/RJPO dengan menggunakan alat seperti Google Glass (Chaballout B, 2016) dan Microsoft HoloLens (Ingrassia PL, 2020).

Gambar 3. Simulasi Pelatihan Resusitasi Jantung Paru (RJP)

Pengembangan VR dan AR dalam pelatihan RJP/RJPO pertama kali dibahas pada tahun 2009 dengan sebuah prototipe dari Virtual Reality Enchanted Mannequin (VREM) (Semeraro F, 2010). Pada tahun yang sama, VREM dipresentasikan di dalam sebuah konferensi (Semeraro F, 2010) Pada tahun 2010, sebuah review yang menunjukkan potensi penggunaan VR pada RJP dipublikasikan (Kilmon CA, 2010) dan sejak tahun 2016 terdapat penambahan publikasi yang signifikan terhadap penggunaan VR dan AR pada RJP/RJPO.

Penggunaan VR dalam pemberian RJP/RJPO merupakan hal yang cukup baru dan dapat meningkatkan kualitas dari kompresi dada, frekuensi kompresi dan kedalaman kompresi dibandingkan metode konvensional dimana instruktur membimbing secara tatap muka dan melakukan pelatihan RJP/RJPO (Artero, 2023).

[3] Beberapa potensi  penggunaan AR/VR dalam dunia medis diantaranya:




Kesimpulan

AR/VR bukan hanya sekadar alat teknologi, tetapi sebuah platform inovatif yang membuka berbagai peluang baru dalam dunia medis. Dengan kemampuannya dalam menyediakan pengalaman belajar yang imersif, simulasi prosedur  medis yang realistis, serta fasilitasi kolaborasi dan komunikasi yang lebih baik antara siswa dan profesional medis, AR/VR membuka jalan bagi revolusi dalam cara kita mendidik dokter masa depan. Hal ini menciptakan prospek yang cerah dalam menghasilkan tenaga medis yang lebih siap dan berkualitas dalam memberikan perawatan kesehatan yang unggul. Penemuan ini menegaskan pentingnya penelitian lebih lanjut untuk memahami secara mendalam dampak dan potensi penuh AR/VR dalam dunia medis. Perlu eksplorasi lebih lanjut mengenai efektivitasnya dalam meningkatkan pemahaman konsep medis, keterampilan praktis, serta integrasinya dalam kurikulum pendidikan kedokteran



Penulis : Beatrix Violeta (Mahasiswa Teknik Biomedis, Universitas PGRI Yogyakarta)

Reviewer : Yusuf Maulana, S.T., M.Sc.

References

American Heart Association. (2015). Guidelines CPR and ECC. USA: AHA.

Artero, P. & P. (2023). Efficiency of virtual reality for cardiopulmonary resuscitation training of adult laypersons: A systematic review. Medicine, 102.

Ayodeji, I. (2007). Face validation of the Simbionix LAP Mentor virtual reality training module and its applicability in the surgical curriculum. Surg Endosc , 21, 1641–1649.

Beyer-Berjot L. (2016). A Virtual Reality Training Curriculum for Laparoscopic Colorectal Surgery. A Virtual Reality Training Curriculum for Laparoscopic Colorectal Surgery, 73, 932–941.

Bilimoria. (2016). National Cluster-Randomized Trial of Duty-Hour Flexibility in Surgical Training. N Engl J Med , 374, 713–727.

Cao, H. (2024). Unveiling the Era of Spatial Computing.

Chaballout B. (2016). Feasibility of augmented reality in clinical simulations: using google glass with manikins. JMIR Med Educ, 2(1).

Haans A. (2006). Mediated social touch: a review of current research and future directions. Virtual Reality, 9(2), 149–159.

Huber T. (2017). New dimensions in surgical training: immersive virtual reality laparoscopic simulation exhilarates surgical staff. Surg Endosc , 31, 4472–4477.

Ingrassia PL. (2020). Augmented reality learning environment for basic life support and defibrillation training: usability study. J Med Internet Res, 22(5).

Kilmon CA. (2010). Immersive virtual reality simulations in nursing education. Nurs Educ Perspect, 31(5), 314–317.

Liu. (2020). Augmented Reality in Medical Education: A Systematic Review. Advances in Medical Education and Practice, 11, 703–710.

Moran. (2018). Current Technology in Advancing Medical Education: Perspectives for Learning and Providing Care. Academic Psychiatry, 42(6), 796–799.

Semeraro F. (2010). Mini VREM project (minivirtual reality enhanced mannequin). Resuscitation, 81.

Subagjo A. (2011). Bantuan Hidup Jantung Dasar. Jakarta: PP PERKI.

Zhihui, Z. M. L. G. J. M. B. (2023). A new horizon in psychological research and therapy. Frontiers in Psychology, 14.